Jusuf Kalla sebagai Aktor Internasional

KONFERENSI M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 serta Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas, Doha Qatar, 12 Juli 2024, dari sudut pandang ilmu hubungan internasional semakin menegaskan pentingnya teori tersebut. kehadiran dan peran aktor non-negara dalam hubungan internasional.

Hal ini juga dibuktikan dengan lalu lintas hubungan internasional bukan lagi soal politik kekuasaan, bagaimana suatu negara meningkatkan pengaruh politiknya di negara atau wilayah lain.

Kini masyarakat terhubung dengan berbagai kepentingan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di luar batas negara. Pemain

Pasca Perang Dunia ke-2, hubungan internasional memang semakin kompleks, cara kerja sama yang dilakukan pun semakin berbeda-beda.

Tidak hanya menunjukkan negara-negara sebagai aktor, namun dunia menawarkan banyak pertemuan global yang melintasi batas negara dari organisasi internasional, LSM, komunitas dan bahkan individu yang melakukan perdamaian untuk mengakhiri perang atau berupaya untuk mengakhiri perang. mengakhiri kemiskinan dan penderitaan masyarakat dunia, yang merupakan isu utama yang dibahas.

Perdamaian dan aktor-aktor internasional saling terkait, diyakini bahwa perdamaian hanya dapat dicapai dengan partisipasi aktif dari aktor-aktor internasional.

Perubahan sikap terhadap peran negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional memberikan kekuatan yang besar bagi pemeliharaan perdamaian, karena membuka peluang bagi banyak pihak untuk mengambil inisiatif dalam membangun tatanan dunia yang baik.

Mungkin itu sebabnya hingga awal milenium ini belum ada perang besar seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Mungkin kita sering bertanya-tanya kapan Yusuf Kalla berperan dalam menyelesaikan konflik internasional atau konflik internal, baik sebagai pembicara di seminar atau konferensi, hingga diminta membantu menyelesaikan konflik sebagai mediator, di negara bagian mana. Duduklah dan apa yang Anda harapkan?

Tentu saja dia tidak mewakili negara karena Kalla sudah tidak lagi menjadi pejabat resmi negara. Di sini fungsi dan kata kerja digunakan sebagai anggota negara lainnya. Kalla menampilkan dirinya sebagai pemain internasional yang berperan sebagai mediator.

Ada beberapa aktor internasional yang berperan sebagai Kalla sebagai mediator konflik. Misalnya mendiang Perdana Menteri Finlandia Marti Ahtisaari yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian atas jasanya membantu menyelesaikan banyak konflik internasional, termasuk perang di Aceh. Pembawa kedamaian

Seseorang bisa mencapai “level” seperti itu pasti karena pengalamannya yang panjang. Hal ini sudah dialami Yusuf Kalla sejak ia menjadi aktivis kampus pada tahun 1960an, ketika kekuatan kemahasiswaan dan politik nasional memberinya banyak pelajaran penting mengenai gejolak politik dan ekonomi.

Begitulah pengalaman Kalla sebagai pengusaha yang menghadapi berbagai permasalahan dalam perjalanannya.

Selain itu, pengalaman Kalla menduduki jabatan strategis di pemerintahan seperti menteri hingga wakil presiden, serta tokoh politik hingga Ketua Umum Partai Golkar.

Saat Kalla menjadi Menteri Kesejahteraan Manusia bersama di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri, ia bertugas mengatur nasib para pengungsi di Poso, Sulawesi Tengah, yang terkena dampak konflik horizontal pada awal tahun 2000-an.

Di Calla, memberi makan ribuan pengungsi saat perang berkecamuk tidak menyelesaikan masalah. Kalla kemudian mencari solusi damai sebagai solusi permanen.

Kedua pihak yang bertikai berhasil berdamai dalam perundingan Malino yang dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2001 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Hal serupa juga dilakukan Kalla saat menyelesaikan perang SARA di Ambon, Maluku. Kalla berhasil meyakinkan kedua kelompok yang bertikai untuk mengakhiri konflik horizontal dengan cara damai pada Konferensi Malino II yang diselenggarakan pada 11-12 2002. Februari di Gowa Regenerasi Sulawesi Selatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top