Penguatan Komando dan Interoperabilitas di Kawasan Laut China Selatan

JAKARTA, virprom.com – “Laut Cina Selatan atau LCS berada di garis depan Indonesia dan kita tentunya tidak ingin melihat adanya konflik atau perang terbuka di kawasan ini.”

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Marsekal TNI (Purn) Hadi Tyahjanto tentang Kajian Strategis dan Keamanan Indonesia (ISDS) “Menjaga Kedaulatan dan Temuan Nasional. Teman di Laut Cina Selatan, 19 Maret 2024.

Mantan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia (KSAU) Hadi mengatakan ketidakstabilan dan perselisihan di Laut Cina Selatan mempunyai implikasi global dan mengancam keamanan nasional dan kepentingan ekonomi Indonesia di kawasan. .

Secara geografis dan geopolitik, SKB merupakan kawasan strategis dan kaya sumber daya (SDA). LCS mengangkut sepertiga kapal kargo komersial dunia. LCS juga memiliki cadangan gas alam dan minyak.

Setidaknya enam negara akan bersaing di LCS. Wilayah di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel merupakan sengketa utama antara negara-negara pengklaim. Spratly paling dekat dengan Indonesia dibandingkan dengan Paracel.

Baca Juga: Menko Polhukam: Kami tidak ingin perang terbuka di Laut Cina Selatan

Berdasarkan laporan, situasinya dekat dengan Kepulauan Spratly dekat Taiwan (selat), kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali di Pusat Komando Maritim (). Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara, 25 Januari 2023 menanggapi laporan adanya kapal penjaga pantai asal China di Laut Natuna Utara, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEZ) Indonesia.

Data litbang Kompas menunjukkan terdapat cadangan migas yang belum tereksplorasi dalam jumlah besar di bawah SKS.

Termasuk Kepulauan Spratly, terdapat 17,7 miliar ton cadangan minyak. Ia juga memiliki kandungan hidrokarbon (data USGS) yang 60-70 persennya merupakan gas alam.

Jika dilihat di peta, jarak Kepulauan Spratly dengan Laut Natuna Utara mengikuti Pulau Jawa. Indonesia juga bukan negara pengklaim atau pihak yang bersengketa. Namun LCS yang luasnya 3,5 kilometer persegi ini merupakan garda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Status LCS saat ini

Akar perselisihan di LCS adalah klaim Tiongkok atas sembilan garis putus-putus. Klaim ini berdasarkan peta Negeri Tirai Bambu tahun 1947. Namun klaim ini ditentang oleh negara penggugat lainnya.

Negara-negara pengklaim, serta Indonesia, menandatangani Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982. Pengadilan Arbitrase Internasional, atau Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA), mengeluarkan deklarasi informal pada tahun 2016 mengenai garis sembilan poin.

Namun Tiongkok terus berusaha. Menurut China Standard Map Edition 2023, dikatakan sepuluh baris atau sepuluh baris.

Baca Juga: Menko Polhukam: RI tegaskan penolakan tegas terhadap peta 10 garis China

Menurut Badan Nasional Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI), sepuluh jalur tersebut berada 1.500 kilometer di selatan Pulau Hainan dan memotong zona ekonomi eksklusif Malaysia (ZEE, Sabah dan Sarawak, lalu dekat dengan Brunei). Darussalam, hingga perairan Filipina, Vietnam, dan Indonesia.

Garis sepuluh titik membentuk huruf ‘U’ dan menunjukkan Tiongkok memperluas klaimnya atas wilayah geografis LCS sebesar 90 persen.

“Indonesia sebagai negara anonim selalu keberatan karena peta tersebut tidak berdasarkan UNCLOS 1982,” kata Menko Polhukam Hadi.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi juga menolak, dengan mengatakan bahwa garis atau permintaan apa pun harus sejalan dengan UNCLOS 1982.

India bahkan keberatan dengan persyaratan sepuluh poin tersebut. Pasalnya, peta baru Tiongkok mencakup Arunachal Pradesh dan Aksai Chin.

Baca Juga: Gejolak di Laut Cina Selatan dan Pentingnya Strategi Nihil Konflik

Oleh karena itu, kondisi di HJK semakin memanas.

Francis Mangosing, seorang jurnalis Filipina, mentweet pada tanggal 9 Desember 2023 di akun X-nya bahwa kapal penjaga pantai Tiongkok menembakkan meriam air ke kapal penangkap ikan Filipina di dekat Panatag atau Scarborough Reef.

Dalam unggahan yang menyertai video tersebut, terlihat dua kapal Penjaga Pantai Tiongkok yang ukurannya jauh lebih besar dari kapal penangkap ikan Filipina.

Klaim Tiongkok atas LCS terus berlanjut. Pada bulan Maret 2024, menurut Radio Free Asia, pemerintah Tiongkok mengumumkan rencananya untuk mengklaim Vietnam dan wilayahnya di utara Teluk Tonkin.

Melalui siaran pers di website Kementerian Luar Negeri China, telah dikaitkan dan mengeluarkan jalur utama baru untuk mengklaim bahwa mereka adalah negara bambu di Teluk China atau Teluk Beibu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top