Profil Colin Huang, Pendiri Marketplace Temu yang Dilarang Masuk di Indonesia

virprom.com – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengumumkan rencana pelarangan aplikasi Temu beroperasi di Indonesia.

Temu, pasar lintas batas asal Tiongkok, menggunakan model penjualan langsung dari perusahaan ke pelanggan (Sale Company) yang memungkinkan harga lebih murah dibandingkan platform e-commerce lain seperti Tokopedia atau Shopee.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran pemerintah bahwa penerapan tersebut dapat mengganggu lingkungan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) karena produk impor dijual dengan harga murah dan akan menyulitkan daya saing negara.

Di balik kesuksesan aplikasi ini, ada sosok Colin Huang, pendiri dan penggerak di balik Temu. Huang yang sebelumnya sukses di Pinduoduo membangun Temu sebagai platform yang menawarkan harga kompetitif melalui pendekatan inovatif.

Namun, meski sukses besar di pasar global, kehadiran Temu di Indonesia menghadapi tantangan regulasi yang besar. Lantas, siapakah Colin Huang dan profil lengkapnya? Ini penjelasan lengkapnya.

Baca juga: Aplikasi Temu Dinilai Berbahaya dari Bagian Keamanan, Kenapa? Profil Colin Huang

Colin Huang, juga dikenal sebagai Huang Zheng, adalah seorang pengusaha dan dermawan Tiongkok yang terkenal. Ia paling dikenal sebagai pendiri Pinduoduo, salah satu platform e-commerce terbesar di Tiongkok.

Kehidupan awal dan pendidikan

Colin Huang lahir pada tanggal 1 Januari 1980 di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Cina, dari keluarga kelas menengah. Orang tuanya bekerja di industri manufaktur, dan Huang menunjukkan bakat khusus di bidang matematika sejak usia dini.

Menurut Business Insider, di blog Medium miliknya yang sudah tidak ada lagi, Huang pernah bercerita tentang masa kecilnya. Katanya, dia bersekolah di sekolah dasar biasa.

Namun, hidupnya berubah ketika ia memenangkan hadiah matematika di Olimpiade. Gurunya menyadari potensinya dan menyarankan agar dia mengikuti ujian masuk di Hangzhou Foreign Language School (HFLS), sebuah sekolah yang sangat selektif.

Meski awalnya ragu-ragu karena mengira sekolahnya fokus pada bahasa asing, Huang akhirnya bergabung dengan HFLS setelah bujukan kepala sekolah. Keputusan ini menjadi titik balik penting dalam hidupnya.

“Kalau dipikir-pikir, saya senang memilih masuk HFLS,” tulisnya di salah satu suratnya.

Sekolah ini dikenal dengan sistem pendidikannya yang lebih liberal, memperkenalkan siswanya pada budaya dan pengaruh Barat sebelum sekolah lain di Tiongkok.

Pengalaman ini berdampak besar pada pemikiran dan pekerjaan Huang di kemudian hari. Pendekatan murah hati yang diterimanya di HFLS membantu membentuk pola pikir global dan inovatif yang membantunya membangun dan mengembangkan Pinduoduo.

Di perguruan tinggi ia melanjutkan studinya di bidang Ilmu Komputer di Universitas Zhejiang. Setelah itu, pada tahun 2004, Huang menyelesaikan gelar Magister Ilmu Komputer di Universitas Wisconsin-Madison.

Baca juga: Menkominfo Larang Barang Temu di Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top