Kisah Pembentukan TNI dan Pernyataan Urip Sumoharjo, “Aneh, Negara Zonder Tentara”

JAKARTA, virprom.com – Tentara Nasional Indonesia akan merayakan ulang tahunnya yang ke-79 beberapa hari lagi.

Untuk menyambut momen tersebut, penting untuk menelaah sejarah terbentuknya Tentara Nasional Indonesia yang bermula dari masa kepemimpinan Presiden Sukarno.

Pembentukan Tentara Nasional Indonesia tidak terlepas dari organisasi pertahanan yang dikenal dengan Tentara Keamanan Nasional (TKR) yang dibentuk hanya dua bulan setelah Indonesia merdeka.

Baca juga: Presiden Jokowi Terkesima dengan Banyaknya Alutsista Buatan Lokal Saat Membawa Cucunya di HUT Berdirinya Tentara Nasional Indonesia.

Sejarawan militer Ambar Wolan bercerita tentang terbentuknya Tentara Nasional Indonesia yang diawali dengan pernyataan “Tentara Aneh” oleh Oerip Soemohardjo (ejaan baru dari Urip Sumoharjo), mantan perwira atau prajurit KNIL di Kerajaan Belanda Timur. Hindia. Sonderis”. .

Ambar menjelaskan, Oirip dan beberapa rekannya yang juga mantan tentara di Hindia Belanda bertemu dengan Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohamed Hatta untuk menanyakan alasan absennya tentara di Indonesia pasca kemerdekaan.

“Dua bulan terakhir (setelah kemerdekaan, Agustus 1945) terjadi kekosongan dimana negara ada tapi tidak di bawah militer. Nah, ini mutiara hikmahnya, ‘Aneh, negara di bawah militer.’” (ucapannya) Oribe Somoharjo, kata Ambar, Kamis (26/9/2024) dalam diskusi yang diselenggarakan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Baca juga: Kisah Perjuangan Pemanjat Tiang Bendera Jun Hingga Selesai Menjadi Bintara TNI: Tekun dan Pantang Menyerah

Menanggapi pertanyaan tersebut, Sukarno menjelaskan bahwa Indonesia yang baru merdeka ingin membangun negara berdasarkan cinta damai.

Menurut Sukarno, kehadiran tentara saat itu mewakili keinginan berperang, yang bertentangan dengan gambaran perdamaian yang ingin diciptakannya.

“Jadi [Indonesia di awal kemerdekaan] tidak mau berperang. Jadi tentara seolah mewakili keinginan untuk agresif, berperang seperti itu. Bisa jadi luka dari masa pendudukan Jepang yang bersifat militeristik. , lho, nah, yang sebenarnya ingin kita bereskan adalah, bahwa “tidak boleh ada pekerjaan rumah atau sisa-sisa fasisme,” kata Ambar.

Lanjutnya: “Kalau takut tentara, gambaran kedatangan sekutu ke Indonesia atau dunia internasional mengolok-olok Indonesia kelanjutan negara fasis ya.” Menyatukan tentara untuk pertahanan

Pada waktunya, Sukarno menemukan momen yang tepat untuk membuka TKR pada 5 Oktober 1945 yang kemudian menjadi andalan tentara Indonesia.

Nama resmi Tentara Nasional Indonesia baru digunakan pada tanggal 3 Juni 1947, setelah TKR berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Sebelum penyatuan ini, militer Indonesia terpecah menjadi beberapa organisasi dengan ideologi berbeda.

Ambar menjelaskan, banyak prajurit yang tergabung dalam badan pejuang atau laskar dan masing-masing mempunyai pandangan ideologi masing-masing.

Pada saat yang sama, tantangan Indonesia untuk memperkuat pertahanannya semakin berat. Sebab saat itu, pada tahun 1945-1947, Belanda melancarkan serangan dalam bentuk agresi militer meski dalam jumlah besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top