40 Tahun Konflik Klandestin Israel dan Hizbullah, Saling Tebar Teror Berdarah

BEIRUT, virprom.com – Selama lebih dari 40 tahun, perang bayangan berdarah dan penuh kekerasan berkecamuk antara badan intelijen Israel dan organisasi Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

Salah satu kekalahan pertama Israel terjadi pada bulan November 1982, lima bulan setelah pasukannya menginvasi Lebanon untuk menghancurkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang saat itu beroperasi di sana.

Ketika pejuang bersenjata PLO dipaksa keluar dari Beirut, Israel tampaknya meraih kemenangan besar.

Baca Juga: Israel Klaim Serangan Udaranya Hantam Lebih dari 1.300 Sasaran Hizbullah dalam 24 Jam

Lalu terjadilah ledakan dahsyat yang menghancurkan markas Shin Bet, badan intelijen internal Israel, di kota pesisir Tirus.

Sebanyak 91 orang tewas dalam ledakan tersebut, yang pihak berwenang pada saat itu dan bertahun-tahun kemudian menyalahkan kebocoran gas.

Itu sebenarnya adalah bom mobil bunuh diri besar-besaran, salah satu yang pertama dilakukan oleh pejuang Syiah di Lebanon selatan.

Mereka yang berada di balik ledakan tersebut kemudian bergabung dengan Hizbullah, yang didirikan pada musim panas berikutnya di Teheran pada tahun 1979 di bawah kendali dan dukungan rezim revolusioner baru Iran yang berkuasa. 

Pemuda radikal Syiah yang sama kembali berhasil mengebom markas Shin Bet di Tyre pada bulan November 1983, menewaskan 28 tahanan Israel dan 32 tahanan Lebanon. Mereka juga menimbulkan ratusan korban di Amerika dan Perancis dalam serangan bunuh diri massal lainnya yang tidak dapat dicegah oleh Israel.

Maka dimulailah salah satu konflik rahasia terburuk di dunia dalam beberapa dekade terakhir.

Militer Israel memerangi Hizbullah hingga mereka diusir dari Lebanon pada tahun 1999 dan juga selama perang singkat pada tahun 2006, namun dinas keamanan rahasianya belum terbantu.

Menurut Guardian, kurangnya sumber daya manusia berarti Israel tidak mengetahui rencana Hizbullah hampir sepanjang tahun 1980an. Keberadaan orang yang merencanakan pengeboman, penculikan dan penculikan, seorang pemuda Syiah Lebanon bernama Imad Mughniyeh, juga tidak jelas. 

Ada beberapa kejadian yang nyaris meleset, namun butuh waktu lebih dari 20 tahun bagi Israel untuk menyadarinya ketika sebuah bom mobil menewaskan Mughniyeh di Damaskus pada tahun 2008.

Baca juga: Israel Serang 300 Sasaran Hizbullah, Lebanon Tutup Sekolah Dua Hari, Minta Dokter Siaga

Medan perang yang paling penting pada awal tahun 1990an juga terjadi di Amerika Selatan, tempat Hizbullah berhasil mendapatkan dukungan dari diaspora Syiah yang besar di Lebanon.

Ketika helikopter Israel membunuh Abbas al-Mousavi, pemimpin baru Hizbullah, di Lebanon selatan pada bulan Februari 1992, organisasi tersebut membalas di Argentina. Pertama, kedutaan Israel di Buenos Aires dibom, menewaskan 29 orang, dan kemudian pada tahun 1994, seorang pembom bunuh diri menewaskan 85 orang di sebuah pusat komunitas Yahudi di ibu kota Argentina. Penyelidik menyalahkan kedua serangan tersebut pada Hizbullah.

Amerika Selatan juga muncul sebagai pusat pendanaan utama bagi Hizbullah, dengan para pendukungnya terlibat dalam aktivitas legal dan ilegal yang ekstensif, sehingga menghasilkan dana dalam jumlah besar untuk organisasi tersebut. Besarnya skala operasi, dan fakta bahwa operasi tersebut sering dilakukan dari lokasi terpencil di mana kehadiran pasukan keamanan lokal terbatas atau familiar, menghambat upaya Israel untuk menutupi tindakan mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top