Eks JI Klaim Tak Pernah Anggap Negara Musuh, Pelaku Teror Oknum

JAKARTA, virprom.com – Mantan Jemaah Islamiyah (JI) mengungkapkan, organisasinya tidak pernah menganggap negara sebagai musuh.

Namun, Ketua Forum Pesantren JI (FCPP) Mustaqim Safar mengakui JI yang dibubarkan pada 30 Juni lalu belum menunjukkan kedekatan dengan negara.

“Sebenarnya JI itu tidak seperti itu, maaf, tidak seperti yang selama ini dipersepsikan,” kata Mustaqim di sela perbincangan dengan Kementerian Agama dan Unit 88 Khusus Anti Teror Polri yang digelar di Gedung DPR. Daerah Jakarta Pusat. Selasa (27.8.2024).

Artinya memang ada petunjuk-petunjuk tentang hal itu, petunjuk-petunjuk yang menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap negara tersebut, namun tidak sampai sejauh itu karena JI tidak pernah menjadikan negara ini sebagai musuh, tidak pernah juga, lanjutnya.

Baca Juga: Kemenag Revisi Kurikulum Ponpes Eks JI

Pendiri sekaligus Ketua Yayasan Darusi Syahadah Bojolali pun mengakui mayoritas eks anggota JI masih kurang memiliki semangat nasionalisme. Lagipula, menurut dia, JI adalah organisasi yang tertutup.

Meski demikian, Mustaqim mengaku FCPP JI yang membidangi pendidikan cukup terbuka.

“JI itu organisasi yang bisa dikatakan organisasi tertutup ya, itu organisasi rahasia (rahasia). “Ada bidang-bidang tertentu yang dikemas secara Syria, Syria itu tersembunyi, tapi kalau kebetulan kita di FCPP, itu pendidikan, terbuka,” ujarnya.

Di sisi lain, dokter jebolan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini juga mengaku belum banyak mengetahui program JI di daerah lain secara detail.

Menurutnya, peristiwa teroris yang melibatkan J.I. adalah pekerjaan individu dan orang-orang yang tidak taat atau disiplin.

“Setahu saya sebenarnya ini kebalikan dari JI. “Banyak orang yang tidak disiplin dalam berorganisasi,” kata Mustaqim.

Baca juga: Kisah Mantan Ketua Jama’a Islamia Sumbar yang Akhiri Hidupnya dalam Pelarian

Selain itu, kata Mustaqim, ada juga mantan anggota JI yang terpengaruh oleh pelaku teroris.

“Anggur hanyalah J.I.” ketika mereka melakukan hal tersebut karena terpengaruh ideologi lain. Akhirnya dia melakukan hal seperti itu disebut amaliah, setelah itu dia meminta perlindungan kepada teman-teman JI dan untuk itu teman-temannya yang menyalahkan JI. , karena merasa ada silaturahmi, terus melindunginya. Kesalahan itu tidak bisa dibenarkan, jelasnya.

Lebih lanjut Mustaqim menegaskan, konsep ideologi di JI sangat bertolak belakang dengan praktik terorisme.

JI juga mempelajari konsep jihad dan persiapannya. Namun, lanjutnya, jihad juga tidak pantas dilakukan di Indonesia.

“Tapi ya JI paham jihadnya, akidahnya ada, ada persiapan jihadnya. Hanya saja dari segi pemanfaatannya belum pernah ada, JI merasa belum pantas dilakukan di Indonesia saat ini, dan saat ini sudah oke, masih ada, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top