Refleksi 79 RI: Memaknai Kebangsaan dan Menguatkan Keindonesiaan

Oleh karena itu, Indonesia merupakan tempat yang alami bagi berbagai suku, budaya, agama, dan perbedaan lainnya.

Bangunan bersama ini melambangkan keseimbangan antara kerakyatan dan nilai-nilai keindonesiaan yang melekat pada diri warga negara Indonesia, dalam hal ini Pancasila.

Oleh karena itu, keberlangsungan negara ini bergantung pada kepemimpinan dan prinsip yang kita berikan pada Pancasila sebagai deklarasi nasional.

Kemerdekaan pemerintah Indonesia selama 79 tahun telah memberikan sebuah gagasan besar dalam mendefinisikan dan memperkuat Indonesia kita.

Keluhuran nilai-nilainya harus dianggap tidak hanya sebagai cacat pada kepraktisan dan kegunaan.

Sangat miris sekali yang biasa terjadi dalam perayaan tahun ini bukanlah hasil pemikiran yang menguatkan semangat bernegara, melainkan imajinasi kolonialisme di IKN yang terlibat dalam isu kekerasan seperti pakaian Paskibraka, pembangunan Gedung Kepresidenan. Istana atau. nuansa polarisasi yang berujung pada proses pemilu daerah.

Bangsa merupakan suatu konsep yang sangat penting bagi semua negara, apalagi bagi Indonesia yang terkenal dengan keberagaman budaya, suku dan agamanya.

Memahami kewarganegaraan bukan hanya sekedar memahami jati diri negara, namun juga menghayati nilai-nilai yang ada.

Dalam kasus Indonesia, kewarganegaraan erat kaitannya dengan semangat Pancasila sebagai ideologi negara yang menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam The Ethics of Nationalism, Margaret Moore berpendapat bahwa kewarganegaraan adalah masyarakat bermoral yang ditandai dengan ikatan solidaritas dan kepercayaan. Identitas nasional tidak boleh disamakan dengan budaya umum.

Tantangan terbesar yang dihadapi dalam menghadapi keberagaman di Indonesia adalah semakin berkurangnya kapasitas kita sebagai pemerintah untuk mengendalikannya.

Keberagaman sering kali dipandang sebagai ancaman dan tidak lagi dianggap sebagai anugerah yang memperkaya. Kontrol agama

Hubungan Indonesia dapat timbul dari kesamaan budaya, sejarah, dan bahasa tanpa menghilangkan budaya asalnya.

Para pionir pemerintah Indonesia membangun sejarah perbedaan ini dengan memperkuat tali silaturahmi dengan memperkuat rasa solidaritas, mulai dari Janji Pemuda hingga janji tersebut tercapai.

Hal ini terjadi karena para pionir pemerintahan Indonesia tidak hanya mengakui kesamaan tanpa memaksakan kesetaraan, namun juga memiliki kemampuan mengelola perbedaan, menegosiasikan konflik, dan mencapai kesepakatan melalui konsensus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top