Tokoh Eks Jamaah Islamiyah Dinilai Patut Dirangkul Tinggalkan Doktrin Ekstrem

JAKARTA, virprom.com – Pemerintah disarankan memberikan bantuan penuh kepada eks anggota Jemaah Islamiyah (JI) yang mengumumkan pembubaran organisasi tersebut agar agenda ekstremis bisa terus berjalan sesuai harapan.

“Perlakuan khusus harus diberikan kepada para pemimpin JI. Alangkah baiknya jika BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) mengikuti pemerintah Mesir untuk melemahkan tokoh-tokoh penting tersebut,” kata Zaki Mubarak, Pembina Kontra Terorisme UIN, Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Kompas .com pada Senin (08/07/2024).

Menurut Zaki, ketika JI Mesir runtuh pada awal 1990-an, tokoh-tokoh termasuk Syekh Najih Ibrahim diminta secara terbuka mengajak anggotanya untuk meninggalkan keyakinan dan ideologi lama (manhaj).

Dengan demikian, beliau tidak meninggalkan organisasinya begitu saja, tetapi juga meninggalkan jabatannya sebelumnya,” kata Zaki.

Baca Juga: Jamaat-e-Islamiyah dibubarkan, pengawas teror berharap tidak mengecewakannya

Menurut Zaki, BNPT juga meniru langkah ini dengan mendukung mantan anggota JI untuk menulis dan mempublikasikan ketidaksenangan mereka terhadap ideologi kekerasan dan keyakinan takfir mereka sebelumnya.

“Sekaligus dikoreksi sesuai akidah Islam yang benar,” kata Zaki.

Selain itu, menurut Zaki, baik BNPT maupun pemerintah harus mengevaluasi dan memantau kurikulum lembaga pendidikan Islam dan pesantren yang berada di bawah naungan JI.

“Yang kurang penting adalah memantau pergerakan bawah tanah mereka,” kata Zaki.

Menurut Zaki, selama ini dakwah dan aktivitas JI di permukaan tampak baik dan normal serta taat hukum di masyarakat.

Baca Juga: Jamaat Islamiyah Bunuh Diri, Dianggap Sebagai Kemenangan Melawan Ekstremisme

Namun, lanjut Zaki, sebagai tandzim siri (gerakan rahasia), JI tetap melakukan aktivitas berbahaya.

Misalnya, mengirimkan puluhan kader ke Suriah untuk pelatihan tempur, mengumpulkan dana ilegal untuk mengambil keuntungan dari kekerasan, membuat lokakarya untuk produksi dan pengumpulan senjata, mengintegrasikan organisasi masyarakat sipil dan partai politik.

“Ini yang harus terus diwaspadai oleh Densus 88 dan BNPT, jangan ambil pusing dengan pengumuman JI yang akan menyerahkan diri,” kata Zaki.

JI didirikan pada tahun 1993 oleh Abu Bakar Basir dan Abdullah Sungkar. Mereka merupakan gagasan awal Negara Islam Indonesia (NII) yang dipimpin oleh Kartoswiryo pada tahun 1948 dan berupaya mendirikan negara Islam di Asia Tenggara.

Kelompok JI kemudian bergabung dengan organisasi teroris Al-Qaeda dan menjadi dalang di balik banyak serangan teroris di Tanah Air.

Baca juga: Mantan Tokoh Jemaah Islamiyah yang Disruptif Diharapkan Tunjukkan Komitmen Integrasi

Kegiatan teroris JI antara lain pengeboman gereja malam Natal tahun 2000 di 13 kota, pengeboman Bali I pada 12 Oktober 2002, dan pengeboman Hotel JW Marriott di Mega Kuningan-Jakarta pada 5 Agustus 2003. .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top