Pemerintah Upayakan Pengembangan Mobil Hybrid Berbahan Bakar Nabati

TANGERANG, virprom.com – Sektor transportasi saat ini menjadi salah satu penghasil emisi CO2 terbesar, tepat di bawah pembangkit listrik dengan total 32 persen.

Namun demikian, industri otomotif merupakan sektor yang sangat penting dan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia karena memiliki nilai tambah dan keterkaitan ke belakang yang kuat.

Pada tahun 2023, produksi kendaraan dalam negeri mencapai 1,4 juta unit atau sebesar 41 persen. Industri ini juga menyumbang Rp 196 triliun terhadap PDB negara dan mempekerjakan 1,5 juta pekerja.

Baca juga: Review Platform Hyundai Kona Electric, Ioniq 5 dan Ioniq 6

Oleh karena itu penting bagi pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi sebagai upaya mengatasi permasalahan energi dan emisi serta merangsang pertumbuhan industri.

“Jadi ada beberapa cara, salah satunya dengan produksi dan penggunaan mesin bahan bakar nabati (BBN) yang fleksibel,” kata Markas Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk Percepatan Pembangunan Industri Indonesia itu. . Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Agus Tjahajana Wirakusumah, Selasa (23 Juli 2024).

Menariknya, penggunaan BBN sebagai bahan bakar kendaraan dapat diperluas melalui penelitian bersama. Oleh karena itu, proses penurunan emisi menjadi optimal.

Menurut Agus, inilah pemanfaatan BBN pada kendaraan listrik berteknologi hybrid alias hybrid. Ingatlah bahwa kendaraan jenis ini mampu mengurangi emisi hingga 49 persen dibandingkan mobil konvensional.

“Kami memahami bahwa ketika mesin fleksibel diperkenalkan, maka dapat dipadukan dengan kendaraan listrik dan menjadi hybrid menggunakan bahan bakar bensin atau solar BBN dengan sistem penggerak listrik,” lanjutnya.

Baca juga: APC Subaru Disebut Tumbuh 25 Persen di Pekan Pertama GIIAS 2024.

“Jika 100 persen bahan bakar fosil bisa diganti dengan BBN dan dipadukan dengan sistem kendaraan listrik, maka mobil ini bisa digunakan. Dimana hampir tidak ada polusi, tanpa mengorbankan industri yang sudah ada,” tambah Agus.

Pernyataan senada disampaikan Ferdowsi Manti, Deputi Bidang Industri Maritim dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Namun rasio konsumsi bahan bakar fosil (BBM) saat ini hanya 0,4 (pada tahun 2023). Artinya Indonesia hanya mampu memenuhi 40 persen kebutuhannya, sedangkan 60 persennya diimpor.

“Transisi ke bahan bakar di bidang transportasi memerlukan banyak rute atau teknologi,” katanya.

Baca Juga: Daihatsu Rocky Akan Tampil Berbeda di GIIAS 2024, Punya Aura Petualangan yang Kuat

“Peralihan penggunaan bensin, bahan bakar fosil, atau solar dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti elektrifikasi, biodiesel, etanol, atau bentuk energi lain seperti hidrogen atau amonia,” lanjut Firdausi.

“Saya setuju dengan penjelasan Agus sebelumnya. Ke depan biofuel bisa menjadi mainstream atau hybrid, tapi dengan biofuel,” tutupnya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top