9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja, Imam Prasodjo Singgung soal Konsep “Link and Match”

JAKARTA, virprom.com – Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasudjo mempertanyakan konsep saling ketergantungan dan timbal balik yang didirikan pemerintah untuk menghubungkan pendidikan dengan permintaan lapangan kerja.

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa 9,9 juta penduduk Indonesia berusia antara 15 dan 24 tahun, atau Gen Z, tidak bekerja dan tidak mengikuti pelatihan, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Apalagi menurut data, generasi muda yang telah menyelesaikan sekolah kejuruan (SMK) memiliki tingkat pengangguran tertinggi kedua di antara generasi Z.

“Jadi menurut saya banyak data yang perlu dipertanyakan, ide-ide seperti komunikasi dan perencanaan. “Hubungan mungkin tidak kuat dan mungkin tidak cocok untuk bekerja,” kata Imam Prasudjo dalam acara Sapa Indonesia Malam di Compass TV, Minggu (19/5/2024).

Baca Juga: 9,9 Juta Generasi Z Pengangguran, Imam Prasodjo Ajak Partisipasi Kreatif

Oleh karena itu, hal ini mendorong partisipasi tempat kerja kreatif dan pekerja Gen Z yang belum terintegrasi dengan dunia kerja.

Menurutnya, banyak inovator atau pengusaha yang menciptakan lapangan kerja di Indonesia.

“Saya mendorong para pekerja yang banyak duduk di bangku SD, SMP, bahkan SMK untuk mendapatkan bantuan. Tenaga Kerja (Kemenaker),” kata Imam.

“Sebenarnya, menurut saya pendanaan pemerintah juga harus dikaitkan dengan para aktivis ini. “Mereka harusnya punya kesempatan untuk bisa bersama generasi milenial ini,” imbuhnya.

Baca juga: Data BPS: 9,9 Juta Gen Z di Indonesia Tidak Bekerja dan Sekolah

Imam juga menegaskan, selama ini sektor informal lebih banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan sektor formal.

“Sebenarnya di sektor informal ada sekitar 74 juta (pegawai), sedangkan di sektor resmi hanya 57 juta. Artinya kurang dari 50 persen yang bergerak di bidang hukum, ujarnya.

Mengutip laman data perdagangan Kementerian Tenaga Kerja, per Agustus 2023, BPS mencatat 22,25 persen dari 44,7 juta Gen Z menganggur, atau sedang mengenyam pendidikan atau pelatihan (bukan pekerjaan, pendidikan atau pelatihan).

“Dari 44,47 juta remaja Indonesia (15 hingga 24 tahun), sekitar 22,25 persen masuk dalam kategori NEET atau tidak bersekolah, menganggur, dan putus sekolah saat ini,” kata BPS. Data dilansir virprom.com.

Jika dirinci, jumlah pemuda NEET paling banyak terdapat di perkotaan, yaitu 5,2 juta jiwa, dan di pedesaan sebanyak 4,6 juta jiwa.

Baca Juga: 9,9 Juta Gen Z Menganggur Bukan di Pendidikan Menko Pendidikan Ayrlang: Kami Cari Solusi…

Oleh karena itu, jika dilihat dari kelompok umur, terdapat 6,46 juta orang berusia antara 20 dan 24 tahun yang tergolong NEET, dan 3,44 juta orang berusia antara 15 dan 19 tahun.

Sementara dari sisi pendidikan, generasi muda yang tergolong NEET mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 3,57 juta orang. Setelah itu, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMK) sebanyak 2,29 juta orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1,84 juta orang, dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1,63 juta orang.

Lalu, terdapat 452.713 pemuda yang tergolong NEET yang sedang mengejar diploma, gelar, dan diploma. Jumlah wisudawan saat itu sebanyak 108.464 orang.

Namun menurut data BPS, persentase remaja NEET pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 0,97% yaitu 22,25% dibandingkan Agustus 2022.

Baca juga: Gen Z 9,9 Juta Pengangguran, Imam Prasodjo Dorong Partisipasi Berkarya Kreatif Pilih saluran baru virprom.com Saluran WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top