Jamil Terus Ditelepon Bos di Israel untuk Kembali Bekerja dan Tegas Jawab Ogah…

WEST EDGE, virprom.com – Hussein Jamil memiliki izin bekerja di Israel selama 22 tahun. Namun, setelah pecahnya perang di Gaza, masyarakat Tepi Barat terpaksa meninggalkan negara tersebut.

Diketahui, Israel berhenti memberikan izin kerja kepada warga Palestina pasca serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Kini, Jamil telah membangun rumah kaca di sebuah desa di Tepi Barat dan berjanji tidak akan kembali ke Israel.

Baca juga: Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Sekolah Gaza Bertambah Jadi 90 Orang

Saat sedang memanen tomatnya di Tepi Barat, pria berusia 46 tahun itu mengatakan bahwa mantan bosnya di Israel menelepon beberapa kali dan memintanya pulang.

“Tetapi saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak akan kembali bekerja di sana,” katanya di Bayt Dajan, dekat Nablus, sebuah pusat komersial di bagian utara Tepi Barat, seperti dilansir AFP.

Di sana, puluhan pria telah kembali ke pekerjaan tradisional mereka, bertani, alih-alih menaiki bus untuk mengantri di pos pemeriksaan yang dijaga ketat di perbatasan Israel. 

“Ini pekerjaan yang sangat berguna dan yang terpenting lebih aman dibandingkan bekerja di Israel,” kata Jamil sambil merawat tanaman bersama anak-anaknya.

Jamil adalah satu dari 200.000 warga Palestina di Tepi Barat yang bekerja di Israel, secara legal dan ilegal, menurut Konfederasi Umum Buruh Palestina, dan kehilangan mata pencaharian dalam semalam.

Upah di Israel lebih dari dua kali lipat gaji warga Palestina di wilayah pendudukan, menurut Bank Dunia.

Banyak pekerja kini sibuk di rumah kaca yang bermunculan selama beberapa bulan terakhir di lereng tempat, menurut para tetua Palestina, nenek moyang mereka pernah menanam gandum.

“Dengan bekerja seperti ini, kami bebas dan damai. Ini jauh lebih baik dibandingkan bekerja di Israel. Di sini kami bekerja di tanah kami sendiri,” jelas Jamil.

Baca juga: Serangan Israel ke 2 Sekolah di Kota Gaza, 18 Orang Tewas, 40 Lainnya Masih Hilang Kekerasan di Tepi Barat

Prospek perekonomian telah runtuh sejak perang, dengan pengangguran di Tepi Barat meningkat dari 12,9 persen menjadi 32 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2023.

Sekitar 144.000 pekerjaan telah hilang di wilayah tersebut, terutama karena meningkatnya kekerasan yang mendorong militer memblokir jalan-jalan, sehingga menghambat aktivitas ekonomi.

Sejak 7 Oktober, setidaknya 617 warga Palestina telah dibunuh di Tepi Barat oleh pasukan atau pemukim Israel, menurut data resmi Palestina. 

Setidaknya 18 warga Israel, termasuk tentara, tewas dalam serangan Palestina pada periode yang sama, menurut data resmi Israel. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top