China dan Jalan Damai Palestina

Selasa (24/7/2024) merupakan momen berharga dalam sejarah Palestina, khususnya di internal yang terpecah belah antara banyak kelompok besar seperti Hamas dan Fatah.

Sejak pemilu tahun 2006, Hamas menguasai Jalur Gaza dan Fatah, yang mewakili Otoritas Palestina secara internasional, memimpin Tepi Barat.

Dengan bantuan Tiongkok, kedua belah pihak sepakat untuk berdamai bagi Palestina. Faksi-faksi Palestina telah menandatangani perjanjian “persatuan nasional” yang bertujuan untuk mempertahankan kendali Palestina atas Gaza setelah berakhirnya perang dengan Israel di daerah kantong tersebut.

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengatakan perjanjian tersebut, yang dicapai di Beijing setelah tiga hari perundingan intensif, meletakkan dasar bagi “pemerintahan rekonsiliasi sementara” untuk memerintah Gaza setelah perang.

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh kelompok saingan lama Hamas dan Fatah serta 12 faksi Palestina lainnya.

Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, salah satu dari 14 kelompok yang menandatangani perjanjian tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perjanjian tersebut “jauh lebih tinggi” dibandingkan perjanjian lain yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir.

Perjanjian tersebut memiliki empat poin utama, yaitu pembentukan pemerintahan sementara persatuan nasional, pembentukan kepemimpinan Palestina yang bersatu sebelum pemilihan umum mendatang, pemilihan bebas Dewan Nasional Palestina yang baru, dan deklarasi persatuan umum. Menangani serangan Israel yang sedang berlangsung. Proses perdamaian Hamas-Fatah

Rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah akan menandai titik balik dalam hubungan internal Palestina. Dua partai politik utama Palestina di wilayah Palestina telah menjadi rival sengit sejak konflik meletus menyusul pengambilalihan Gaza oleh Hamas pada tahun 2006.

Jalan menuju perdamaian adalah jalan yang panjang dan berliku. Di sini kita melihat bagaimana upaya diplomasi Tiongkok memainkan peran penting.

Sebelumnya, upaya perdamaian kedua kelompok dilakukan pada tahun 2011 dan 2017, namun tidak bertahan lama dan gagal.

Tiongkok memiliki hubungan baik dengan Fatah dan Hamas. Tiongkok mempunyai pengaruh terhadap keduanya. Tidak hanya untuk membawa Palestina ke meja perundingan, namun juga untuk menjadi lebih efektif di seluruh Timur Tengah dan pada tingkat konflik Palestina-Israel.

Tiongkok akan menciptakan sejarah melalui rekonsiliasi antara Arab Saudi dan Iran di Timur Tengah pada tahun 2023.

Konflik berkepanjangan kedua negara sangat mempengaruhi dinamika geopolitik kawasan. Beijing bertemu dengan mereka untuk duduk bersama demi perdamaian.

Tiongkok telah memberikan dukungan kepada Hamas dan Fatah di Beijing sejak April lalu. Kedua kelompok bisa saling berhadapan secara diam-diam. Mediasi, diplomasi, dan negosiasi Tiongkok telah membuahkan hasil.

Kalau kita cermati, mengapa Tiongkok menjadi penyebab utama perdamaian dalam peperangan yang terjadi di negara Islam ini? Bahkan jika Tiongkok sendiri adalah komunis dalam ideologi politiknya? Apa peran negara-negara di kawasan atau peran negara-negara Islam lainnya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top