Usai Rapat dengan Jokowi, Gubernur BI Jamin Rupiah Akan Menguat

JAKARTA, virprom.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan nilai tukar rupiah menguat karena fundamental yang diperhatikan dengan baik.

Faktor utama yang mempengaruhi perbaikan nilai tukar adalah inflasi yang tercatat sebesar 2,84 persen secara tahunan (year-on-year/year), pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sebesar 5,1 persen, dan pertumbuhan kredit sebesar 12 persen.

Begitu pula dengan kondisi perekonomian kita, termasuk hasil investasi yang bagus di Indonesia. Kalau dilihat dari fundamentalnya, seharusnya nilai tukar rupiah kita kuat, kata Perry, Kamis, usai pertemuan dengan Presiden Joko Widodo dan KSSK di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Tengah. (20/6/2024).

Baca Juga: Jokowi Panggil Menteri Keuangan, Gubernur BI Bahas Nilai Tukar Rupiah yang Melemah

Perry mengatakan pelemahan nilai tukar saat ini akan lebih berdampak pada sentimen jangka pendek.

Pada bulan Mei tahun lalu, ketegangan geopolitik meletus di Timur Tengah.

Demikian pula dengan The Fed yang diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya satu kali pada tahun ini, 3 kali lipat dari perkiraan sebelumnya, seiring dengan kebijakan bank sentral AS.

Oleh karena itu, Bank Indonesia menyikapinya dengan menaikkan suku bunga acuan dan melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan mata uang rupiah.

Jadi alhamdulillah rupee kita menguat dari Rp 16.600 (per dolar AS) menjadi Rp 15.900 (per dolar AS). Ini menunjukkan rupee menguat ketika sentimen short berakhir, kata Perry.

Baca Juga: IHSG ditutup menguat 1,37 persen, rupiah melemah ke Rp 16.430 per dolar AS

Perry menambahkan, lemahnya pergerakan nilai tukar rupee saat ini mempengaruhi sentimen global dan domestik.

Secara global, pelemahan tersebut dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dari 4,5 persen menjadi 6 persen. Kemudian Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga.

Pada triwulan II tahun 2024, sektor dalam negeri melemah akibat meningkatnya permintaan repatriasi dividen korporasi. Kemudian persepsi mengenai keberlanjutan finansial di masa depan menjadi masuk akal di masyarakat.

“Biasanya di kuartal II perusahaan mau kembalikan dividen, mau bayar utang juga. Tapi biasanya di kuartal III tidak terjadi apa-apa lagi. Ini menimbulkan sentimen, kemudian memberi tekanan pada nilai tukar rupee,” dia menjelaskan.

Baca juga: Apa yang salah dengan perekonomian Indonesia di tengah tren pelemahan rupiah dan IHSG?

Untuk menjaga nilai tukar, Perry menyatakan Bank Indonesia akan terus berada di pasar.

Bank sentral memiliki cadangan devisa yang dapat digunakan ketika terjadi arus modal keluar yang menyebabkan pelemahan lebih lanjut.

“Wajar saja kalau mengalir keluar, kita manfaatkan untuk stabilisasi rupee. Ada intervensi, front atau koordinasi dengan menteri keuangan. Kita bisa beli SBN di pasar sekunder. Langkah-langkah yang kita ambil,” Perry dikatakan. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top