Presiden Terpilih Iran Nyatakan Siap Gelar Diskusi Konstruktif dengan Eropa

TEHRAN, virprom.com – Presiden terpilih Iran Masoud Pezeshkian berharap bisa meningkatkan hubungan dengan negara-negara Eropa.

Meski begitu, ia tetap menuding negara-negara Eropa mengingkari komitmennya untuk mengurangi dampak sanksi AS.

Pezeshkian memenangkan pemilihan presiden Iran pada 6 Juli melawan Saeed Jalili, seorang tokoh ultra-konservatif yang terkenal.

Baca juga: Jokowi Ucapkan Selamat kepada Presiden Terpilih Iran Masoud Pezeshkian

Pria berusia 69 tahun itu baru-baru ini menyerukan “hubungan konstruktif” dengan negara-negara Barat untuk “membawa Iran keluar dari isolasi”.

Dia juga menyerukan kebangkitan kembali perjanjian nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar.

Amerika terkenal menarik diri secara sepihak dari perjanjian tersebut pada tahun 2018, menjatuhkan sanksi dan menyebabkan Iran secara bertahap menarik diri dari komitmennya.

Kesepakatan itu bertujuan untuk mengekang aktivitas nuklir yang diklaim Teheran untuk tujuan damai.

Dalam artikel Jumat malam (7/12/2024) di surat kabar berbahasa Inggris Tehran Times, Pezeshkian mengatakan, setelah AS menarik diri dari perjanjian tahun 2015, negara-negara Eropa berjanji akan berusaha menyelamatkan perjanjian tersebut dan mengurangi dampak sanksi AS. . . .

“Negara-negara Eropa telah mengingkari seluruh komitmen tersebut. Meskipun ada kesalahan langkah, saya berharap dapat memulai dialog konstruktif dengan negara-negara Eropa untuk mengatur hubungan kita pada jalur yang benar, berdasarkan prinsip saling menghormati dan kesetaraan,” jelasnya, dikutip dari Antara. kantor berita AFP.

Juru bicara Uni Eropa Nabila Massrali sebelumnya mengucapkan selamat kepada Pezeshkian setelah dia terpilih sebagai presiden Iran.

Menurutnya, blok yang beranggotakan 27 negara itu siap bekerja sama dengan pemerintahan baru Iran sesuai dengan kebijakan Uni Eropa yang mengutamakan pendekatan kritis.

Baca juga: Mengenal Masoud Pezeshkian, Presiden Terpilih Baru Iran, Tokoh Pezeshkian

Pezeshkian adalah seorang ahli bedah jantung yang pengalaman sebelumnya di pemerintahan hanya sebagai menteri kesehatan sekitar dua dekade lalu.

Kematian Presiden ultra-konservatif Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter membuat pemilu Iran perlu diadakan, yang seharusnya tidak diadakan hingga tahun 2025.

Pezeshkian dianggap sebagai “reformis” di Iran, dan merupakan satu-satunya kandidat dari kubu tersebut yang diizinkan untuk berpartisipasi dalam pemilu, di mana semua pesaingnya disetujui oleh Dewan Wali Iran.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mempunyai keputusan akhir mengenai semua masalah politik utama di negaranya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top