Starlink Masuk Indonesia, Melihat Peta Persaingan Penyedia Layanan Internet

STARLINK, layanan internet satelit orbit rendah Elon Musk baru saja diluncurkan di Indonesia. Masuknya Starlink ke Indonesia berarti internet satelit ini sudah berfungsi di 77 negara.

Starlink pertama kali beroperasi di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2020. Khususnya pada tahun ini Starlink berhasil menembus pasar enam negara yaitu Mongolia, Argentina, Albania, Mikronesia, dan terakhir pada bulan Mei resmi diluncurkan di Uruguay dan Indonesia.

Indonesia, dengan lebih dari 270 juta penduduk yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, menghadapi tantangan unik dalam menyediakan akses Internet yang adil dan berkualitas tinggi.

Penyedia layanan Internet (ISP) di Indonesia telah mencoba mengatasi tantangan ini melalui berbagai teknologi, mulai dari serat optik hingga jaringan nirkabel.

Namun masuknya Starlink, layanan Internet satelit SpaceX, dapat mengubah lanskap persaingan secara signifikan.

Daripada menggunakan teknologi kabel seperti serat optik untuk mengirimkan data Internet, sistem satelit menggunakan sinyal radio melalui ruang hampa.

Setiap satelit di konstelasi Starlink memiliki berat sekitar 259 kg dan memiliki badan datar. Saat diluncurkan, roket SpaceX Falcon 9 mampu membawa hingga 60 satelit.

Starlink bukan satu-satunya pemutar internet satelit. Ada beberapa pesaing seperti OneWeb, HughesNet, Viasat dan Amazon. Namun dari semua penyedia, Starlink agresif melakukan ekspansi ke sejumlah negara potensial.

Berdasarkan pantauan kami, ada kunci utama Starlink untuk melihat potensi pasar, yaitu besarnya negara, jumlah pengguna internet, dan kapasitas bandwidth internet negara target.

Ada sejumlah keunggulan Starlink di antara penyedia internet satelit di dunia. Dibandingkan dengan beberapa satelit besar, Starlink menggunakan ribuan satelit kecil. Satelit LEO digunakan oleh Starlink untuk mengorbit Bumi pada ketinggian 482 km di atas permukaan.

Sirkuit geostasioner yang diperpendek ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kecepatan internet dan mengurangi latensi.

Untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa stasiun di Bumi, elemen komunikasi laser digunakan oleh satelit Starlink terbaru untuk mengirimkan sinyal antar satelit.

Tujuan SpaceX adalah meluncurkan sebanyak 40.000 satelit dalam waktu dekat. Hal ini akan mengurangi gangguan layanan dan mempertahankan jangkauan satelit global dan jarak jauh.

Bagaimana dengan keadaan Starlink di Indonesia?

Untuk pasar Indonesia, Starlink, seperti layanan kabel serat optik ke rumah (fixed broadband) atau melalui frekuensi radio ke telepon seluler (ponsel), juga terhubung ke jaringan Internet melalui gateway yang dipantau dan dikendalikan oleh NOC (Network Pusat Operasi). ).

Fungsi gateway adalah menghubungkan suatu jaringan dengan jaringan lainnya yang mempunyai sistem aturan yang disebut dengan protokol.

Karena Internet merupakan jaringan sistem informasi yang berbeda-beda, maka diperlukan gateway Internet untuk “memandu” dari jaringan Internet Service Provider (ISP) ke jaringan Internet global.

Jika Internet diakses melalui gateway Internet di Indonesia, IP pengguna Internet akan menunjukkan “lokasi asal” di Indonesia. Semua lalu lintas di jaringan ISP dipantau melalui NOC.

Saat ini Starlink bermitra dengan Telkomsat untuk menggunakan internet gateway PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Artinya meskipun Starlink menggunakan satelit yang terletak di luar angkasa, namun “jaringan internet” yang disediakan Starlink tetap memiliki tag lokasi Indonesia.

Namun seperti disebutkan di atas, layanan Starlink memiliki ketergantungan yang rendah terhadap gateway internet di lokasi operasinya karena ribuan satelit Starlink dapat saling mengirim data.

Fitur ini berarti ada kemungkinan trafik Internet dari Indonesia “disalurkan” atau “bocor” melalui satelit lain tanpa terpantau di dalam negeri.

Oleh karena itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi berulang kali menegaskan bahwa Starlink harus menempatkan NOC-nya di Indonesia.

Jika terdapat Starlink NOC di Indonesia, pemerintah dan otoritas keamanan dapat memantau jaringan Starlink untuk menghindari potensi pelanggaran.

Sebelum hadirnya Starlink, pasar ISP di Indonesia didominasi oleh beberapa pemain besar seperti Telkom Indonesia dengan layanan IndiHome, XL Axiata dan Biznet. Mereka menyediakan layanan Internet melalui serat optik, DSL dan koneksi nirkabel.

Meskipun layanan ini cukup dapat diandalkan di wilayah perkotaan, banyak wilayah pedesaan dan terpencil masih menghadapi keterbatasan akses Internet karena tantangan geografis dan infrastruktur.

Sedangkan Starlink menawarkan layanan internet berbasis satelit yang menjanjikan kecepatan tinggi dan latensi rendah dengan jangkauan global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top