Apa yang Terjadi di Penjara Abu Ghraib 20 Tahun Lalu?

Pada tanggal 11 September 2001, sekelompok teroris membajak empat pesawat komersial Amerika Serikat. Kemudian dua pesawat menabrak dua gedung World Trade Center di New York City, satu menabrak Pentagon, dan satu lagi menabrak lapangan kosong di Pennsylvania. Kecelakaan itu menewaskan 2.977 orang. Kejadian ini menjadi salah satu kecelakaan paling tragis dalam sejarah AS.

Marah dengan tindakan keji tersebut, Presiden AS George W. Bush bertekad untuk membasmi seluruh kelompok teroris di dunia, terutama yang melakukan serangan 9 September. Sembilan hari setelah kejadian tersebut, Presiden Bush mendeklarasikan “Perang Melawan Teror” atau War on Terror.

Perang melawan teror dimulai pada tanggal 7 Oktober 2001, dimulai di Afghanistan, dan menargetkan Taliban dan Al-Qaeda. Pada tahun 2003, pasukan AS dan sekutunya menginvasi Irak setelah menerima informasi intelijen bahwa pemimpin Irak saat itu, Saddam Hussein, memiliki senjata pemusnah massal.

Baca juga: Pangkalan Koalisi AS di Suriah Diserang Rudal dari Irak

Banyak hal yang terjadi ketika Amerika Serikat menginvasi Irak, dan salah satu hal yang paling disorot dunia adalah tragedi penjara Abu Ghraib. Penjara Abu Ghraib adalah kompleks penjara besar yang terletak di Bagdad, Irak. Di bawah pemerintahan Saddam Hussein, dari tahun 1979 hingga 2003, penjara tersebut dipenuhi tahanan politik dan terkenal karena penggunaan kekerasan.

Pada bulan Agustus 2003, Amerika Serikat mengambil alih penjara tersebut. Di bawah pemerintahan Amerika Serikat, penjara ini berfungsi sebagai pusat penahanan Angkatan Darat AS bagi warga Irak yang ditahan dari tahun 2003 hingga 2006.

Penjara Abu Ghraib menjadi fokus perhatian global pada tahun 2004. Faktanya, pada bulan November 2003, Associated Press menerbitkan laporan tentang kekejaman yang dilakukan oleh militer AS di penjara tersebut. Pada awal tahun 2004, Mayor Jenderal Angkatan Darat AS Antonio Taguba juga melakukan penyelidikan terhadap situasi di penjara Abu Ghraib.

Namun, masalah ini muncul ketika program televisi AS “60 Minutes 2” menayangkan sebuah segmen pada bulan April 2004 yang memperlihatkan beberapa gambar tentara AS yang menganiaya tahanan di penjara. Permasalahan semakin memuncak ketika laporan Taguba bocor ke publik seminggu setelah segmen 60 Minutes II tayang.

Menurut penyelidikan Taguba, ada banyak faktor yang mendorong terjadinya kekerasan, seperti pelatihan yang buruk, staf yang terbatas, kepemimpinan yang tidak berfungsi, dan etika kerja yang buruk.

Kekerasan di Abu Ghraib mencapai titik terburuknya pada bulan Oktober hingga November 2003, ketika penjara tersebut berada di bawah kendali Batalyon Polisi Militer ke-800 dari Uniondale, New York, di bawah komando Brigadir Jenderal Janis Karpinski. Berdasarkan hasil pemeriksaan Taguba, beberapa anggota polisi militer terlibat pembunuhan, penganiayaan, penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi lainnya.

Salah satu foto kontroversial dari kasus tersebut memperlihatkan sejumlah personel militer AS mengacungkan jempol ke jenazah Munadil al-Jamadi. Jumadi adalah salah satu narapidana di penjara Abu Ghraib yang meninggal karena mati lemas setelah dipaksa memakai penutup kepala. Dia juga mengalami patah tulang rusuk dan diikat. Tubuhnya kemudian dibungkus dengan es, diduga sebagai upaya menyembunyikan penyebab kematiannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top