7 Rekomendasi WHO Soal Pemberian MPASI pada Bayi

virprom.com – Ada 7 rekomendasi global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi.

Hal ini dilaporkan oleh konsultan regional UNICEF di kawasan Asia Timur dan Pasifik, Alyssa Preece, menulis Antara.

Pertama, kata Alice, tujuan mengonsumsi MPASI adalah untuk mengonsumsi ASI. Oleh karena itu, selain mengonsumsi MPASI, pemberian ASI sebaiknya tetap dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun ke atas untuk menjamin asupan energi dan nutrisi.

“Hal ini didasarkan pada bukti bahwa ASI terus memberikan nutrisi dan energi yang dibutuhkan bayi sepanjang dua tahun hidupnya,” kata Alyssa.

Baca juga: Para ahli menjelaskan beberapa keadaan di mana bayi bisa mendapat pengganti ASI

Kedua, bayi yang mendapat susu selain ASI dapat mengonsumsi susu formula dan susu hewani antara usia 6 hingga 11 bulan. Namun pada usia 12-23 bulan, hanya susu hewani saja yang boleh diberikan, sedangkan pemberian ASI atau susu bayi lanjutan tidak dianjurkan.

Ketiga, bayi sebaiknya dikenalkan MPASI pada usia 180 hari atau 6 bulan saat masih mendapat ASI. Alyssa menjelaskan, keterlambatan pengenalan MPASI dapat mengakibatkan terganggunya proses tumbuh kembang anak.

“Menunda (memberikan) MPASI bisa berbahaya, jadi enam bulan adalah rekomendasi MPASI,” kata Allyssa.

Keempat, bayi usia 6-23 bulan sebaiknya mendapat MPASI dengan variasi yang berbeda. Ia menekankan 3 jenis makanan sebagai sumber energi dan gizi, yaitu makanan hewani seperti daging, ikan, atau telur yang diberikan setiap hari.

Lalu ada buah-buahan dan sayur-sayuran yang juga diberikan setiap hari, serta kacang-kacangan yang dimakan sesering mungkin, apalagi jika pola makan anak dibatasi pada sumber hewani.

Kelima, Allyssa mengingatkan kita untuk menghindari makanan dan minuman yang tidak sehat, seperti tinggi gula, garam, dan lemak trans.

Baca juga: Apakah ASI Mengurangi Risiko Kanker Payudara? Berikut penjelasan para ahli

Menurut Allyssa, konsumsi makanan dan minuman tidak sehat dikaitkan dengan risiko malnutrisi, obesitas, dan penerapan pola makan tidak sehat.

“Ada bukti yang menunjukkan bahwa makanan tersebut berkaitan dengan kekurangan gizi, obesitas dan dapat membentuk preferensi rasa, yang dalam jangka panjang menyebabkan pola makan tidak sehat,” jelasnya.

Keenam, apabila kebutuhan gizi anak tidak dapat dipenuhi dengan makanan yang tidak difortifikasi, maka anak usia 6-23 bulan dapat memperolehnya melalui suplemen gizi atau makanan yang difortifikasi.

“Mengonsumsi makanan pendamping ASI berbahan dasar sereal dibandingkan tanpa sereal dapat meningkatkan kadar zat besi, termasuk meningkatkan kemampuan kognitif dan motorik mereka,” kata Allysa.

Ketujuh, anak usia 6-23 bulan sebaiknya diberi makan secara tepat, yaitu dengan cara pemberian makan yang mendorong anak untuk makan mandiri.

“Memenuhi kebutuhan fisiologis dan perkembangan yang dapat mendorong pengaturan diri dalam makan, serta mendukung perkembangan kognitif emosional dan sosial,” ujarnya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top